Anemia Hemolitik: Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Apa Itu Anemia Hemolitik?
Anemia hemolitik adalah kondisi di mana sel darah merah hancur lebih cepat dari yang diproduksi. Situasi ini menyebabkan tubuh kekurangan sel darah merah yang bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Penyebab Anemia Hemolitik
Ada dua jenis penyebab anemia hemolitik, yaitu keturunan dan bukan keturunan. Penyebab keturunan meliputi:
- Anemia sel sabit
- Talasemia
- Ovalositosis
- Sferositosis
- Kekurangan enzim piruvat kinase
- Kekurangan enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase
Sementara itu, penyebab bukan keturunan di antaranya:
- Infeksi
- Penyakit autoimun
- Efek samping obat-obatan
- Kanker
- Gigitan ular berbisa
- Keracunan timah atau arsen
- Reaksi transfusi darah
- Transplantasi organ
- Kekurangan vitamin E
Faktor Risiko Anemia Hemolitik
Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami anemia hemolitik, di antaranya:
- Bayi baru lahir
- Riwayat penyakit autoimun
- Riwayat keluarga talasemia
- Transfusi darah
- Konsumsi obat-obatan
Gejala Anemia Hemolitik
Gejala anemia hemolitik dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan kondisi. Beberapa gejala umum meliputi:
- Kulit pucat
- Sering pusing
- Kelelahan
- Demam
- Urine berwarna gelap
- Mata dan kulit menguning (penyakit kuning)
- Nyeri perut
- Jantung berdebar kencang
Cara Mengatasi Anemia Hemolitik
Pengobatan anemia hemolitik harus disesuaikan dengan penyebab dan kondisi pasien. Beberapa pilihan pengobatan yang dapat dilakukan, antara lain:
- Terapi asam folat: untuk anemia akibat kekurangan asam folat.
- Kortikosteroid: untuk penyakit autoimun.
- Immunoglobulin G intravena: untuk meningkatkan antibodi pada penyakit imunodefisiensi.
- Terapi eritropoetin: untuk membantu tubuh meningkatkan produksi sel darah merah.
- Transfusi darah: untuk anemia berat atau gangguan jantung dan paru.
- Operasi pengangkatan limpa: untuk kasus hemolisis yang tidak merespons pengobatan kortikosteroid dan imunosupresan.
Pencegahan Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik yang diturunkan tidak dapat dicegah. Untuk anemia akibat kekurangan G6PD, pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari zat pemicu, seperti kacang fava, naftalena, dan obat-obatan tertentu. Sementara itu, transfusi darah dapat dicegah dengan pencocokan golongan darah yang cermat.